Makalah Anak Berkebutuhan Khusus dalam memahami perilaku dan pengobatan untuk anak autis
Makalah Anak Berkebutuhan Khusus By Andi Selviana Sapti
MEMAHAMI PERILAKU DAN PENGOBATAN UNTUK ANAK AUTIS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua yang kita lakukan dapat disebut
sebagai perilaku. Senyum, makan, minum, berjalan, menangis, dan berbicara
merupakan salah satu perilaku manusia (behavior). Dalam tahap awal
perkembangan, semua perilaku tersebut diharapkan dan didorong agar muncul pada
tahap perkembangan dan pertumbuhan anak. Sebagian dari perilaku menunjukkan
perilaku yang baik, tepat dan sesuai dengan tahap perkembangannya, tetapi
terkadang sebagian anak menunjukkan perilaku yang bermasalah atau tidak sesuai
dengan tahap perkembangannya.
Istilah autisme dikemukakan oleh Dr Leo
Kanner pada 1943. Ada banyak definisi yang diungkapkan para ahli. Chaplin (2011:46)
mengemukakan bahwa autisme merupakan cara berpikir yang dikendalikan oleh
kebutuhan personal atau oleh diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan
penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak realitas, keasyikan ekstrem dengan
pikiran dan fantasi sendiri.
Meskipun penyebab utama autisme hingga
saat ini masih terus diteliti, beberapa faktor yang sampai sekarang dianggap
penyebab autisme adalah: faktor genetik, gangguan pertumbuhan sel otak pada
janin, gangguan pencernaan, keracunan logam berat, dan gangguan auto-imun.
Selain itu, kasus autisme juga sering muncul pada anak-anak yang mengalami
masalah pre-natal, seperti: prematur, postmatur, pendarahan antenatal pada
trisemester pertama-kedua, anak yang dilahirkan oleh ibu yang berusia lebih
dari 35 tahun, serta banyak pula dialami oleh anak-anak dengan riwayat
persalinan yang tidak spontan.
Beberapa bentuk perilaku anak autis
menunjukkan keberadaan yang mencolok dibanding dengan anak-anak pada umumnya,
yang berkaitan dengan perkembangan perilaku anak pada umumnya. Semua masalah
perilaku anak autis menunjukkan 3 serangkai gangguan yaitu: kerusakan di bidang
sosialisasi, imajinasi, dan komunikasi. Sifat khas pada anak autistik adalah:
(1) Perkembangan hubungan sosial yang terganggu, (2) gangguan perkembangan
dalam komunikasi verbal dan non-verbal, (3) pola perilaku yang khas dan
terbatas, (4) manifestasi gangguannya timbul pada tiga tahun yang pertama.
Gangguan autisme mulai tampak sebelum
usia 3 tahun dan 3-4 kali lebih banyak pada anak laki-laki, tanpa memandang lapisan
sosial ekonomi, tingkat pendidikan orang tua, ras, etnik maupun agama, dengan
ciri fungsi abnormal dalam tiga bidang: interaksi sosial, komunikasi, dan
perilaku yang terbatas dan berulang, sehingga kesulitan mengungkapkan perasaan
maupun keinginannya yang mengakibatkan hubungan dengan orang lain menjadi
terganggu. Gangguan perkembangan yang dialami anak autistik menyebabkan tidak
belajar dengan cara yang sama seperti anak lain seusianya dan belajar jauh
lebih sedikit dari lingkungannya bila dibandingkan dengan anak lain.
B.
Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.
Bagaimana
memahami perilaku anak autis
2.
Bagaimana cara
melakukan pengobatan bagi anak autis
C.
Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah anak
berkebutuhan khusus
2.
Dapat memahami
perilaku anak autis
3.
Mengetahui
pengobatan bagi anak autis
D.
Manfaat
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah untuk memperluas wawasan yang berhubungan dengan anak yang
berkebutuhan khusus, khususnya pada bagaimana kita memahami perilaku anak autis
dan bagaimana cara melakukan pengobatan bagi anak autis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Autistik (Autisme)
1.
Pengertian Autis
Kata autisme berasal
dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ‘aut’yang berarti ‘diri
sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan ‘orientasi atau arah
atau keadaan (state). Chaplin (2011:46) mengemukakan bahwa autisme merupakan
cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri sendiri,
menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, dan menolak
realitas, keasyikan ekstrem dengan pikiran dan fantasi sendiri.
Yuwono (2009:24)
mengemukakan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan neorobiologis berat
yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan
dengan orang lain. Penyandang autis tidak dapat berhubungan dengan orang lain
secara berarti, serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain
terganggu karena ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan mengerti perasaan
orang lain. penyandang autis memiliki gangguan pada interaksi sosial,
komunikasi (baik verbal maupun non verbal), imajinasi, pola perilaku repetitif
dan resistensi terhadap perubahan pada rutinitas.
Berdasarkan dari
definisi diatas, penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa autistic adalah
gangguan perkembangan neorobiologis yang sangat kompleks/berat dalam kehidupan
yang panjang, yang meliputi gangguan pada aspek perilaku, interaksi sosial,
komunikasi dan bahasa serta gangguan emosi dan persepsi sensori dan motoriknya,
gejala autistic muncul pada usia sebelum anak 3 tahun.
2.
Jenis-Jenis Perilaku Anak Autis
Yuwono (2009:44)
mengemukakan beberapa jenis perilaku umum yang ditampakkan anak autis, yaitu
sebagai berikut:
a)
Aggressive
Meskipun tidak semua
anak autistic menunjukkan perilaku aggressive, tapi ini merupakan gejala yang
sangat umum. Perilaku yang menunjuakn kemarahan yang meledak-ledak dan seketika
pada anak autistic merupakan hal yang umum. Bentuk perilaku anak-anak autistic
ini seperti menendang, memukul atau melempar dengan merusak benda yang ada di
sekitarnya. Perilaku agresif merupakan symptom dari gangguan, bukan sebagai
akibat dari keterampiran yang bersifat parenting yang buruk.
Bentuk dari perilaku
agresif anak-anak autistic dimanifestasikan dalam berbagai bentuk menyerang
aorang lain seperti memuluk, mencambak, menendang-nendang, memberantakan benta
atau menggigit orang lain. Alasan menculnya perilaku ini pada umumnya karena
kebutuhan/keinginan anak tidak terpenuhi meskipun masalahnya sangat sepele
(bagi kita) misalny mainan kesukaannya diambil, posisi benda yang ditata secara
berderet berubah, dilarang main air dan sebagainya.
b)
Self Injury
Self injury merupakan
bentuk perilaku anak autis yang dimanifestasikan dalam bentuk menyakiti diri
sendiri. Perilaku ini muncul dan meningkat dikarenakan beberapa masalah seperti
adanya stimulus yang kurang atau berlebihan. Perilaku ini akan menyakiti diri
sendiri seperti menjambak rambut, mengigit, dan membenturkan kepala di lantai
atau ke dinding, perilaku ini muncul secara spontan dan dilakukan tanpa
ragu-ragu. Tetapi sebagian besar anak autis ketika berperilaku self injuri atau
menyakiti diri sendiri mereka tidak menunjukkan rasa sakit walaupun perilaku
yang dilakukannya menunjukkan bekas.
c)
Rigid Routines
Rigid Routines sebagai
perilaku anak autis yang cenderung mengikuti pola urutan tertentu dan ketika
pola atau urutan itu berubah anak autistic menunjukkan ketidakpastian atar
perubahan tersebut. Beberapa anak autis akan toleran terhadap perubahab yang
terjadi di lingkungan sekitar, tetapi menjadi sangat cemas dan
bingung/terganggu dengan perubahan sekecil apapun di lingkungannya. Aktivitas
yang mereka jalani diharapkan tetap sama tidak ada berubah, bila aktivitas yang
dikerjakan sehari-hari berubah akan mempengaruhi proses belajar mereka.
d)
Self Stimulation
Self Stimulation
merupakan salah satu cirri utama yang terdapat dalam mendiagnosis anak autis.
Perilaku ini adalah berulang-ulang streorype yang tidak untuk menyediakan
beberapa fungsi lain diluar sensori grafis. Ketika anak autis terlibat dalam
self stimulation maka perhatiannya biasanya tertujuh penuh pada perilaku
tersebut dan anat dipastikan tidak dapat memproses informasi penting. Self
stimulation pada anak autis terjadi pada waktu anak merasa bosan atau tertekan
dan tidak nyaman, ketika perilaku ini muncul dengan keasyikan yang tinggi maka
anak tidak akan dapat belajar.
e)
Perilaku sosial
anak autis
Perilaku sosial
menyebabkan seseorang dapat berhubungan dengan lingkungan dan berinteraksi
dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya. Jika anak mengabaikan kehadiran
orang lain di sekelilingnya maka anak tersebut memiliki masalah dalam perilaku
sosial. Beberapa gangguan anak autis dalam memahami komunikasi dapat
menyebabkan masalah dalam mengembangkan perilaku sosialnya.
Anak autis memiliki
perilaku cenderung bergerak kesana-kemari, bicara sendiri, mengigit,
mengaruk-garuk, mengotak-atik sesuatu sesuatu ditangannya atau flapping. Perilaku sosial ini dikatakan
tidak komunikatif, tetapi sebenarnya perilaku tersebut sebagai upaya mereka
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai
situasi.
Perilaku sosial anak
autis yang dimunculkan terlihat tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial di
lingkungannya. Hal ini dikarenakan anak-anak autis tidak memahami sebagian
besar nilai-nilai sosial yang berlaku dilingkungannya sehingga banyak orang
tidak dapat memahami kondisi anak autis dan beranggapan mereka tidak pernah di
didik oleh orang tuanya. Sehingga sebaiknya perilaku sosial ini diajarkan dan
diterapkan secara rutin dan konsisten dengan cara pembiasaan.
f)
Fixations
Setiap anak autis
memiliki minat dan kesenangan dengan objek atau akativitas tertentu. Beberapa
literature menunjukkan bahwa anak autistic dapat mengarahkan “fixation” pada
masa kecilnya menjadi sebagai karir meraka saat dewasa. Beberapa kasus anak
autis di Indonesia ditemukan berbagai kemampuan anak yang luar biasa dalam
bidang seni dan music, misalnya anak autis yang pandai dalam bermain piano,
orgen, gitar, menggambar ataupun menyanyi.
B.
Pengobatan Anak Autistik (Autisme)
Menurut ahli, sebagian besar anak
autisme bila diagnosanya cepat di tegakkan dan di tanggulangi dengan baik oleh
penyakit jiwa, bisa tumbuh samapai dewasa dan masih bisa berbuat dan berguna
untuk sesama meskipun mungkin cara hidup kesehariannya masih autistik (menurut
keinginan dan caranya sendiri).
1.
Cara pengobatan yang
bisa dilakukan terhadap penderita autisme, antara lain :
a)
terutama melalui
program pendidikan dan latihan di ikuti pelayanan dan perlakuan lingkungan yang
wajar.
b)
untuk mngurangi
perilaku anak yang tidak wajar, pengasuh dan orang tua harus di ajari cara
menghadapi anak autisme.
c)
pengobatan yang
dilakukan adalah untuk membatasi memberatnya gejala dan keluhan, sejalan dengan
pertambahan usia anak.
d)
diusahakan agar
anak meningkatkan perhatian dan tanggung jawab terhadap orang sekitarnya.
e)
untuk mencapai
keadaan tersebut, bimbingan dan pendidikan harus dilakukan secara perorangan,
dan tidak mungkin efektif bila di lakukan secara kelas.
f)
orang tua,
saudara atau pelatih sukarela, harus ikut menyediakan waktu dan perhatian
beesama-sama tenaga penolong sehingga anak tidak mempunyai peluang untuk
kembali pada kebiasaannya yang kurang baik, yang sudah terbiasa dia lakukan
sebelumnya.
g)
perlunya
menegakkan diagnosa autisme secara dini.
2. Program
pelatihan anak autisme antara lain :
a)
Program
playgroup untuk anak autisme usia prasekolah.
b)
Program wisata
dan rekreasi.
c)
Konsultasi
disertai pelatihan bagi orang tua dan kelurga anak autisme.
d)
Tempat
tinggal/ruang perawatan anak autisme bila keluarganya tidak mampu menanggulangi
di dalam keluarga.
e)
Latihan kerja
dan beberapa program persiapan bergaul dan bekerja dimasyarakat bagi anak
autisme yang sudah agak besar dan remaja.
f)
Fasilitas
perawatan gigi, dan pelayanan kesehatan khusus untuk penderita autisme.
g)
Persiapan
fasilitas lain di dalam masyarakat sehingga penderita autisme tidak terlalu
tergantung pada orang sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata autisme berasal dari bahasa Yunani
yang terdiri dari dua kata yaitu ‘aut’yang berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’
yang secara tidak langsung menyatakan ‘orientasi atau arah atau keadaan
(state). penulis dapat memberikan kesimpulan bahwa autistic adalah gangguan
perkembangan neorobiologis yang sangat kompleks/berat dalam kehidupan yang
panjang, yang meliputi gangguan pada aspek perilaku, interaksi sosial,
komunikasi dan bahasa serta gangguan emosi dan persepsi sensori dan motoriknya,
gejala autistic muncul pada usia sebelum anak 3 tahun.
Untuk mendidik atau cara pengobatan anak
autisme diperlukan kerjasama yang berkesinambungan antara guru, orang tua dan
pihak sekolah. Kontribusi yang perlu dilakukan oleh masyarakat pendidikan
ialah: memberikan kesempatan kepada anak autistik untuk bersosialisai atau
diintegrasikan keseolah umum sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki.
Selain itu, masyarakat juga perlu memberikan informasi secara jujur dan
berimbang atau proporsional tentang dan hasil dan segala sesuatu yang berkenaan
dengan penanganan pendidikan autisme, dan membantu usaha sosialisasi tentang
autisme dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya bagi masyarakat luas
melalui media cetak dan elektronik.
B.
Saran
a)
Bagi penulis,
pembaca, dan masyarakat
Saran yang berikan
adalah agar penulis, pembaca, dan masyarakat tidak langsung (judge) anak autis
adalah anak yang bodoh, agresif, dan tidak sopan sebelum betul-betul memahami
kondisi anak autis tersebut, dan sebaiknya keluarga dan masyarakat
dilingkungannya lebih memperhatikan tindakan pengobatan bagi anak autis.
DAFTAR PUSTAKA
Chaplin, J. P.
(2011). Kamus lengkap psikologi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Suparno, Supartini, E., & Purwandari. (2010).
Pengembangan model modifikasi perilaku sosial melalui media belajar berkonsep
konvergensi bagi anak autis. Jurnal
Kependidikan. 40(2), 201-214.
Yuwono, J. (2009). Memahami anak autistic (kajian teoritik dan empiric). Bandung:
Alfabeta.
SEMOGA DAPAT BERMANFAAT. THANK YOU J
Komentar
Posting Komentar